Search This Blog

Wednesday, June 27, 2012

Stress, Tinjauan Medis

Stress, kata sering kita dengar, bahkan mungkin hampir semua orang juga pernah mengalaminya. Tulisan saya berikut ini meninjau "stress" dari sisi medis termasuk peran hormon dalam mekanisme "stress", semoga bermanfaat.

Reaksi Stress

Stress (tekanan) adalah reaksi non-spesifik dari tubuh terhadap setiap rangsangan dalam bentuk apapun. Perangsang atau stressor yang menimbulkan stress dapat berbeda-beda, menghasilkan beberapa bentuk stress, yakni :
- Stress psikis berupa emosi negatif seperi rasa marah, jengkel, dendam dan kebencian, tak senang atau tak puas dengan sesuatu, perasaan salah, kerinduan dan perasaan duka yang berlarut-larut;
- Stress fisik seperti kecelakaan, luka berat atau perdarahan, pembedahan, hawa dingin atau panas, juga olahraga;
- Stress akibat infeksi dan zat-zat kimiawi (anestesia, kemoterapi).


Hormon Stress

Sebagai reaksi terhadap stress, anak-ginjal mensekresi berlebihan hormon-hormonnya, adrenalin /NA (NorAdrenalin) dan kortisol melalui masing-masing SSP (Susunan Saraf Pusat) dan hipofisis. Sekresi kortisol dapat meningkat sampai 301 mg guna mengatasi efek-efek stress, seperti antara lain radang, nyeri dan demam. Kortisol sebagai zat anti-radang berfungsi menghambat reaksi sistem kekebalan tubuh sehingga respons terhadap stress jangan sampai terlampau hebat.

Adrenalin dan NA berfungsi mempersiapkan organisme untuk aksi (fight or flight) dengan jalan mengaktifkan berbagai proses fisiologi. Yang terpenting di antaranya adalah stimulasi SSP dengan efek antara lain naiknya tekanan darah dan peningkatan aliran darah otak, paru-paru dan otot perifer. Sintesis protein dikurangi dan produksi glukosa ditingkatkan dengan jalan mobilisasi cadangan glikogen, begitu pula pelepasan asam lemak ke dalam darah. Asam lemak merupakan sumber energi yang bisa langsung digunakan. Oleh karenanya, profil lipida memburuk dengan naiknya trigliserida dan LDL-kolesterol serta turunnya HDL. Dengan perubahan-perubahan ini, tubuh dapat menyesuaikan diri  pada tekanan (stress) yang mengancamnya.

Reaksi normal

Sebetulnya secara alamiah reaksi stress merupakan suatu reaksi emosi yang berguna bagi tubuh dalam penghidupan sehari-hari. Karena setiap tubuh setidaknya membutuhkan reaksi stress, misalnya bila menghadapi ujian atau sebelum pemeriksaan oleh dokter. Stress normal memungkinkan kita untuk menjadi lebih waspada dan bereaksi lebih cepat terhadap situasi sulit atau darurat. Akan tetapi, terlampau banyak tekanan dapat merugikan kesehatan dan menimbulkan atau memperburuk keluhan. Penelitian WHO telah menunjukkan adanya hubungan positif antara banyaknya pengalaman hidup dan keluhan kesehatan. Dengan demikian ternyata tubuh dapat belajar hidup dengan stress. Dewasa ini masyarakat mendapat tekanan berat dengan syarat-syarat ketat yang diharapkan dari masing-masing orang, misalnya untuk membangun karier, membina kehidupan keluarga di samping pekerjaan yang sibuk dan juga keinginan berpenampilan sempurna. Maka tidaklah mengherankan bahwa banyak orang merasa tertekan dan diuber-uber.

Ketegangan yang tidak enak itu baru menjadi stress yang merugikan bila berlangsung terlampau lama. Tubuh mencoba menyesuaikan diri dengan keadaan itu, tetapi serentak daya tangkis terhadap bentuk-bentuk lain dari stress menurun. Dalam fase ini misalnya, orang menjadi lebih peka terhadap alergi. Lambat laun tubuh menjadi sangat penat dan tidak mampu menyesuaikan diri lagi untuk menyalurkan ketegangan ini secara layak dan mengatasinya.

Bila keadaan stress berlangsung berlarut-larut dengan reaksi dari hormon stress terlalu hebat, maka proses adaptasi tersebut tidak berhasil lagi. Proses fisiologi mulai terganggu dan timbullah bermacam-macam keluhan, seperti sakit kepala, punggung dan perut, hilangnya nafsu makan, sukar bernapas, hiperventilasi dan berkeringat berlebihan. Akhirnya dapat terjadi perubahan patologis pada organ-organ, sehingga bisa sangat merugikan.

Penanganan terdiri dari berusaha mengubah pola hidup, antara lain dengan gerak badan secara teratur untuk memperbaiki kondisi tubuh, misalnya dengan berjalan kaki, bersepeda atau olahraga lainnya. Juga berekreasi dengan cukup hiburan, yang memengaruhi secara baik sistem tangkis tubuh. Selain itu teknik-teknik pernapasan seperti yoga, tai chi dan chi kung sangat berguna untuk melawan keadaan stress. Di samping itu, suasana hidup harus tenang dengan menjauhkan kesibukan, kegelisahan dan faktor-faktor stress lainnya sebanyak mungkin, serta memperhatikan cukup istirahat dan hiburan. Sudah lama diketahui bahwa stress emosional membuat penyakit tukak lambung bertambah parah, sedangkan pada waktu serangan akut biasanya timbul kegelisahan dan kecemasan pada penderita.

Kortisol dan Khasiat fisiologi

Kortisol memegang peranan penting pada proses metabolisme dari karbohidrat, protein dan lemak, serta pada pemeliharaan keseimbangan elektrolit dan air. Kortisol turut mengatur fungsi sistem kardiovaskuler, sistem saraf, otot, ginjal dan organ lain. Selain itu, kortisol mendukung sistem-tangkis hingga tubuh menjadi lebih kebal terhadap rangsangan buruk yang tercakup dalam pengertian stress, seperti pembedahan, infeksi, luka berat, juga trauma psikis.

Kortisol berlebihan selama waktu yang lama akibat stress menahun dapat mengacaukan regulasi sistem-imun yang sangat ruwet. Misalnya, rasio jumlah sel T-helper dan T-supresor bisa berubah shingga dapat mencetuskan suatu penyakit auto-imun. Bila masalah tidak terpecahkan akhirnya akan terjadi kerusakan pada jaringan otot, saraf dan penurunan fungsi sistem-imun, sedangkan kadar glukosa dan tekanan darah meningkat. Sel-sel otak bereaksi kuat terhadap kortisol, khususnya bagian otak di mana terletak fungsi ingatan (hippocampus), di mana terdapat banyak reseptor kortisol dan dapat dianggap sebagai termostat untuk kortisol. Kelebihan kortisol mengakibatkan perubahan ekspresi dari gen-gen tertentu yang penting bagi sistem ketahanan. Oleh karenanya, penderita lebih mudah dihinggapi segala macam infeksi serius (tbc, dll) atau terkena suatu gangguan psikosomatis. Misalnya hipertensi, infark jantung, borok lambung, asma, ekzem, colitis atau kanker. Bila masalah tidak terpecahkan dan tekanan berlanjut terus, maka tubuh tidak berenergi lagi dan akan 'ambruk.'

Khasiat farmakologi Kortisol

Kortisol memiliki banyak kegiatan farmakologi, yang baru menjadi nyata pada dosis besar dan dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu khasiat glukokortikoid dan khasiat mineralokortikoid.

1. Efek glukokortikoid meliputi antara lain :
  • efek anti-radang (anti--inflammatoir), misalnya akibat trauma, alergi dan infeksi, yang berdasarkan efek vasokonstriksi. Juga berkhasiat merintangi atau mengurangi terbentuknya cairan-peradangan dan udema setempat, misalnya selama radiasi sinar-X di daerah kepala dan tulang punggung.
  • daya imunosupresif dan anti-alergi, yang mungkin ada hubungannya dengan kerja anti-radangnya. Reaksi imun dihambat, sedangkan migrasi dan aktivitas limfosit T/B dan makrofag dikurangi.
  • peningkatan glukoneogenesis, artinya pembentukan karbohidrat dari protein dinaikkan dengan kehilangan nitrogen. Pembentukan glukosa distimulir, utilisasinya di jaringan perifer dikurangi dan penyimpanannya sebagai glikogen ditingkatkan.
  • efek katabol, yakni merintangi pembentukan protein dari asam-asam amino, sedangkan pengubahannya ke glukosa dipercepat. Sebagai akibat dapat terjadi osteoporosis (tulang menjadi rapuh karena massa dan kepadatannya berkurang), atrofia (pengerutan) otot dan kulit dengan terjadinya striae (garis-garis). Anak-anak dihambat pertumbuhannya, sedangkan penyembuhan borok (lambung) dipersukar.
  • pengubahan pembagian lemak. Yang terkenal adalah penumpukkan lemak di atas tulang selangka dan muka, yang menjadi bundar ("moon face"), juga di perut dan di belakang tengkuk ("buffalo hump"). Gejala ini mirip Sindroma Cushing, yang disebabkan oleh hiperfungsi hipofisis atau adrenal, atau juga karena penggunaan kortikosteroida terlampau lama.
2. Efek mineralokortikoid terdiri dari retensi natrium dan air oleh tubuli ginjal, sedangkan kalium justru ditingkatkan ekskresinya.

0 comments:

Post a Comment