Stress,
kata sering kita dengar, bahkan mungkin hampir semua orang juga pernah
mengalaminya. Tulisan saya berikut ini meninjau "stress" dari sisi medis
termasuk peran hormon dalam mekanisme "stress", semoga bermanfaat.
Reaksi Stress
Stress (tekanan) adalah
reaksi non-spesifik dari tubuh terhadap setiap rangsangan dalam bentuk
apapun. Perangsang atau stressor yang menimbulkan stress dapat
berbeda-beda, menghasilkan beberapa bentuk stress, yakni :
-
Stress psikis berupa emosi negatif seperi rasa marah, jengkel, dendam
dan kebencian, tak senang atau tak puas dengan sesuatu, perasaan salah,
kerinduan dan perasaan duka yang berlarut-larut;
- Stress fisik seperti kecelakaan, luka berat atau perdarahan, pembedahan, hawa dingin atau panas, juga olahraga;
- Stress akibat infeksi dan zat-zat kimiawi (anestesia, kemoterapi).
Hormon Stress
Sebagai reaksi terhadap
stress, anak-ginjal mensekresi berlebihan hormon-hormonnya, adrenalin
/NA (NorAdrenalin) dan kortisol melalui masing-masing SSP (Susunan Saraf
Pusat) dan hipofisis. Sekresi kortisol dapat meningkat sampai 301 mg
guna mengatasi efek-efek stress, seperti antara lain radang, nyeri dan
demam. Kortisol sebagai zat anti-radang berfungsi menghambat reaksi
sistem kekebalan tubuh sehingga respons terhadap stress jangan sampai
terlampau hebat.
Adrenalin dan NA berfungsi
mempersiapkan organisme untuk aksi (fight or flight) dengan jalan
mengaktifkan berbagai proses fisiologi. Yang terpenting di antaranya
adalah stimulasi SSP dengan efek antara lain naiknya tekanan darah dan
peningkatan aliran darah otak, paru-paru dan otot perifer. Sintesis
protein dikurangi dan produksi glukosa ditingkatkan dengan jalan
mobilisasi cadangan glikogen, begitu pula pelepasan asam lemak ke dalam
darah. Asam lemak merupakan sumber energi yang bisa langsung digunakan.
Oleh karenanya, profil lipida memburuk dengan naiknya trigliserida dan
LDL-kolesterol serta turunnya HDL. Dengan perubahan-perubahan ini, tubuh
dapat menyesuaikan diri pada tekanan (stress) yang mengancamnya.
Reaksi normal
Sebetulnya secara alamiah reaksi
stress merupakan suatu reaksi emosi yang berguna bagi tubuh dalam
penghidupan sehari-hari. Karena setiap tubuh setidaknya membutuhkan
reaksi stress, misalnya bila menghadapi ujian atau sebelum pemeriksaan
oleh dokter. Stress normal memungkinkan kita untuk menjadi lebih waspada
dan bereaksi lebih cepat terhadap situasi sulit atau darurat. Akan
tetapi, terlampau banyak tekanan dapat merugikan kesehatan dan
menimbulkan atau memperburuk keluhan. Penelitian WHO telah menunjukkan
adanya hubungan positif antara banyaknya pengalaman hidup dan keluhan
kesehatan. Dengan demikian ternyata tubuh dapat belajar hidup dengan
stress. Dewasa ini masyarakat mendapat tekanan berat dengan
syarat-syarat ketat yang diharapkan dari masing-masing orang, misalnya
untuk membangun karier, membina kehidupan keluarga di samping pekerjaan
yang sibuk dan juga keinginan berpenampilan sempurna. Maka tidaklah
mengherankan bahwa banyak orang merasa tertekan dan diuber-uber.
Ketegangan yang tidak enak itu
baru menjadi stress yang merugikan bila berlangsung terlampau lama.
Tubuh mencoba menyesuaikan diri dengan keadaan itu, tetapi serentak daya
tangkis terhadap bentuk-bentuk lain dari stress menurun. Dalam fase ini
misalnya, orang menjadi lebih peka terhadap alergi. Lambat laun tubuh
menjadi sangat penat dan tidak mampu menyesuaikan diri lagi untuk
menyalurkan ketegangan ini secara layak dan mengatasinya.
Bila keadaan stress berlangsung
berlarut-larut dengan reaksi dari hormon stress terlalu hebat, maka
proses adaptasi tersebut tidak berhasil lagi. Proses fisiologi mulai
terganggu dan timbullah bermacam-macam keluhan, seperti sakit kepala,
punggung dan perut, hilangnya nafsu makan, sukar bernapas,
hiperventilasi dan berkeringat berlebihan. Akhirnya dapat terjadi
perubahan patologis pada organ-organ, sehingga bisa sangat merugikan.
Penanganan terdiri dari berusaha
mengubah pola hidup, antara lain dengan gerak badan secara teratur
untuk memperbaiki kondisi tubuh, misalnya dengan berjalan kaki,
bersepeda atau olahraga lainnya. Juga berekreasi dengan cukup hiburan,
yang memengaruhi secara baik sistem tangkis tubuh. Selain itu
teknik-teknik pernapasan seperti yoga, tai chi dan chi kung sangat
berguna untuk melawan keadaan stress. Di samping itu, suasana hidup
harus tenang dengan menjauhkan kesibukan, kegelisahan dan faktor-faktor
stress lainnya sebanyak mungkin, serta memperhatikan cukup istirahat dan
hiburan. Sudah lama diketahui bahwa stress emosional membuat penyakit
tukak lambung bertambah parah, sedangkan pada waktu serangan akut
biasanya timbul kegelisahan dan kecemasan pada penderita.
Kortisol dan Khasiat fisiologi
Kortisol memegang peranan
penting pada proses metabolisme dari karbohidrat, protein dan lemak,
serta pada pemeliharaan keseimbangan elektrolit dan air. Kortisol turut
mengatur fungsi sistem kardiovaskuler, sistem saraf, otot, ginjal dan
organ lain. Selain itu, kortisol mendukung sistem-tangkis hingga tubuh
menjadi lebih kebal terhadap rangsangan buruk yang tercakup dalam
pengertian stress, seperti pembedahan, infeksi, luka berat, juga trauma
psikis.
Kortisol berlebihan selama waktu
yang lama akibat stress menahun dapat mengacaukan regulasi sistem-imun
yang sangat ruwet. Misalnya, rasio jumlah sel T-helper dan T-supresor
bisa berubah shingga dapat mencetuskan suatu penyakit auto-imun. Bila
masalah tidak terpecahkan akhirnya akan terjadi kerusakan pada jaringan
otot, saraf dan penurunan fungsi sistem-imun, sedangkan kadar glukosa
dan tekanan darah meningkat. Sel-sel otak bereaksi kuat terhadap
kortisol, khususnya bagian otak di mana terletak fungsi ingatan
(hippocampus), di mana terdapat banyak reseptor kortisol dan dapat
dianggap sebagai termostat untuk kortisol. Kelebihan kortisol
mengakibatkan perubahan ekspresi dari gen-gen tertentu yang penting bagi
sistem ketahanan. Oleh karenanya, penderita lebih mudah dihinggapi
segala macam infeksi serius (tbc, dll) atau terkena suatu gangguan
psikosomatis. Misalnya hipertensi, infark jantung, borok lambung, asma,
ekzem, colitis atau kanker. Bila masalah tidak terpecahkan dan tekanan
berlanjut terus, maka tubuh tidak berenergi lagi dan akan 'ambruk.'
Khasiat farmakologi Kortisol
Kortisol memiliki banyak
kegiatan farmakologi, yang baru menjadi nyata pada dosis besar dan dapat
dibagi dalam dua kelompok, yaitu khasiat glukokortikoid dan khasiat
mineralokortikoid.
1. Efek glukokortikoid meliputi antara lain :
- efek anti-radang (anti--inflammatoir), misalnya akibat trauma, alergi dan infeksi, yang berdasarkan efek vasokonstriksi. Juga berkhasiat merintangi atau mengurangi terbentuknya cairan-peradangan dan udema setempat, misalnya selama radiasi sinar-X di daerah kepala dan tulang punggung.
- daya imunosupresif dan anti-alergi, yang mungkin ada hubungannya dengan kerja anti-radangnya. Reaksi imun dihambat, sedangkan migrasi dan aktivitas limfosit T/B dan makrofag dikurangi.
- peningkatan glukoneogenesis, artinya pembentukan karbohidrat dari protein dinaikkan dengan kehilangan nitrogen. Pembentukan glukosa distimulir, utilisasinya di jaringan perifer dikurangi dan penyimpanannya sebagai glikogen ditingkatkan.
- efek katabol, yakni merintangi pembentukan protein dari asam-asam amino, sedangkan pengubahannya ke glukosa dipercepat. Sebagai akibat dapat terjadi osteoporosis (tulang menjadi rapuh karena massa dan kepadatannya berkurang), atrofia (pengerutan) otot dan kulit dengan terjadinya striae (garis-garis). Anak-anak dihambat pertumbuhannya, sedangkan penyembuhan borok (lambung) dipersukar.
- pengubahan pembagian lemak. Yang terkenal adalah penumpukkan lemak di atas tulang selangka dan muka, yang menjadi bundar ("moon face"), juga di perut dan di belakang tengkuk ("buffalo hump"). Gejala ini mirip Sindroma Cushing, yang disebabkan oleh hiperfungsi hipofisis atau adrenal, atau juga karena penggunaan kortikosteroida terlampau lama.
2. Efek mineralokortikoid terdiri
dari retensi natrium dan air oleh tubuli ginjal, sedangkan kalium
justru ditingkatkan ekskresinya.
0 comments:
Post a Comment