BAB I
PENDAHULUAN
Apabila kita pergi ke sebuah perpustakaan, kemudian kita mencari buku yang kita perlukan pada sebuah sistem katalog komputer yang tersedia, setelah memasukkan judul buku dan pengarangnya, maka kita akan menemukan kode buku yang kita inginkan, dengan kode tersebut memudahkan kita mencari dan dapat menemukan buku yang kita butuhkan dengan cepat. Kode yang muncul setelah pencarian tersebut adalah nomor klasifikasi buku yang digunakan perpustakaan untuk menyusun koleksi buku yang ada agar buku-buku yang sejenis dapat berkumpul berdekatan, misalnya dari berdasarkan bidang ilmunya.
Perpustakaan mempunyai format penggolongan bagian dari bidang perpustakaan dan ilmu pengetahuan informasi. Semua itu berjalan bersamaan dengan perpustakaan (deskriptif) kataloging dan penggolongan, kadang-kadang perpustakaan mengelompokkan bersama-sama sebagai jasa teknis. Profesional perpustakaan yang sedang dalam melibatkan proses kataloging dan menggolongkan bahan-bahan, bahan-bahan perpustakaan disebut sebagai suatu pendaftar buku-buku atau katalog pustakawan.
Selain itu, sistem pengklasifikasian tersebut akan memudahkan dalam pencarian ataupun pengembalian buku. Ada beberapa macam sistem pengklasifikasian buku yang digunakan di berbagai perpustakaan. Namun, sistem yang paling banyak digunakan oleh perpustakaan-perpustakaan adalah sistem klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC). DDC digunakan oleh perpustakaan di lebih dari 130 negara. Hingga saat ini, DDC telah digunakan lebih dari satu abad. Hal ini tentu tidak terlepas dari sistem/cara kerja DDC yang dipandang paling memadai dalam mengakomodasi perkembangan dunia perpustakaan dan perkembangan ilmu pengetahuan secara umum. Sistem pengklasifikasian buku.
klasifikasi Perpustakaan adalah salah satu dari dua perkakas yang digunakan untuk memudahkan pokok mengakses. Yang lain adalah bahasa indek menurut abjad seperti Thesaurus dan system Subject.
Suatu klasifikasi perpustakaan adalah suatu sistem dari persandian dalam mengorganisir bahan-bahan perpustakaan, bahan-bahan perpustakaan itu seperti (buku, serial, audiovisual bahan-bahan pustaka, file komputer, memetakan, naskah, realita, dan lain-lain). Dan suatu nomor dari jumlah panggilan untuk informasi sumber daya itu yang serupa ke sistem klasifikasi menggunakan sistem klasifikasi. Perpustakaan yang menggolongkan kesatuan yang serupa bersama-sama secara khas diatur berdasarkan struktur brown secara hirarkis (mengumpamakan sistem yang none-faceted). Klasifikasi berciri konsisten dari suatu pekerjaan yang terdiri dari dua langkah-langkah. Pertama tentang dari material dipastikan. Berikutnya, suatu nomor; jumlah panggilan yang didasarkan dengan pada sistem klasifikasi. Jadi ditugaskan ke pekerjaan yang menggunakan notasi dari siste
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Sejarah singkat Melvil Dewey
DDC dibuat oleh Melvil Dewey berdasarkan kajiannya terhadap puluhan buku, pamphlet dan kunjungannya ke berbagai perpustakaan. Maka DDC dapat dikatakan sebagai klasifikasi pengetahuan untuk keperluan menyusun buku di perpustakaan. Jadi, DDC bukanlah klasifikasi ilmu pengetahuan seperti banyak diduga orang.
DDC ditemukan oleh Melvil Dewey, seorang pustakawan berkebangsaan Amerika Serikat, yang hidup pada paruh kedua abad ke-19 hingga awal abad 20. Dengan teliti dan ketertarikannya akan suatu ejaan yang disederhanakan, ia memendekkan nama pertamanya menjadi Melvil, sebagai orang dewasa yang muda, dia menghilangkan nama tengahnya untuk mempersingkat namanya menjadi Dui Dewey menemukan suatu gagasan ilmu klasifikasinya dengan menamakan sebagai Dewey klasifikasi Sistim desimal ( DDC) suatu sistem ketika ia berumur 21 tahun dan bekerja sebagai asisten siswa di perpustakaan dari Amherst Perguruan tinggi. Pekerjaan yang diciptakan tersebut adalah suatu revolusi di dalam ilmu kepustakaan. Dan ia menjalankan suatu jaman yang baru tentang dunia kerja kepustakaan. Yang layak dijuluki sebagai Melvil Dewey dengan sebutan Bapa dari Lingkup kerja kepustakaan yang modern." lingkup kerja kepustakaan Dewey yang diubah dari suatu lapangan kerja persis sama benar profesi yang modern. Ia membantu dalam menetapkan Asosiasi Perpustakaan Amerika ( ALA) pada tahun 1876; ia menjabat sebagai sekretaris dari tahun 1876-1890 dan menjadi presiden pada tahun 1890-1891. Ia juga menerbitkan Perpustakaan Jurnal yang diterbitkan. Sebagai tambahan, standard perpustakaan Dewey yang dipromosikan, dan membentuk suatu perusahaan untuk menjual persediaan perpustakaan, yang secepatnya menjadi Kantor perusahaan Perpustakaan.
Seorang pelopor di dalam dunia pendidikan perpustakaan, Dewey telah menjadi seorang pustakawan yang berasal dari Columbia Perguruan Tinggi (sekarang Columbia Universitas) di Kota New York pada tahun1883, dan menciptakan sekolah perpustakaan pertama di dunia pada tahun 1887. Dan pada tahun 1889, ia menjadi direktur dari suatu Perpustakaan di New York di Albania, suatu posisi yang ia kerjakan sampai 1906. cakupan Dewey dari pengetahuan dan pekerjaan sangat luas dan bervariasi. Ia mempelopori ciptaan dari peluang karier untuk wanita-wanita. Ia dan isteri yang pertamanya, Annie Dewey, mengembangkan suatu tempat tepatnya di daerah Danau yang tenang, suatu tempat peristirahatan untuk sosial, pengayaan rohani dan budaya di Adirondack di daerah Pegunungan.
. Melvil Dewey meninggal setelah menderita suatu penyakit pada 26 Desember tahun 1931 pada umur 80. Tujuh dekade setelah kematiannya, ia masih dikenal sebagai Dewey, terutama untuk Penggolongan Sistim desimal, paling luas dalam penggolongan atau bentuk klasifikasi perpustakaan yang digunakan di dunia.
B. Sejarah Penyusunan DDC
Sebelum Dewey menemukan sistemnya, sudah ada beberapa sistem pengklasifikasian buku. Misalnya, Charles A. Cutter membuat sistem klasifikasi berdasarkan topik, dan Nathaniel Shurtleff melakukan penomoran menggunakan sistem desimal. Inovasi yang dilakukan oleh Dewey adalah menggabungkan sistem pengklasifikasian berdasarkan topik dan penomoran dengan sistem desimal. Namun, nomor tidak mengacu pada rak, melainkan pada bidang ilmu. Keadaan seperti ini mendorong Dewey untuk menemukan suatu sistem pengklasifikasian buku yang baru.
Klasifikasi Desimal Dewey (Dewey Decimal Classification(DDC), juga disebut Sistem Desimal Dewey) adalah sebuah sistem klasifikasi perpustakaan yang diciptakan oleh Melvil Dewey (1851–1931) pada tahun 1876, dan sejak saat itu telah banyak dimodifikasi dan dikembangkan dalam duapuluh dua kali revisi yang telah terjadi hingga tahun 2004
Pada tahun 1876 terbitlah sebuah pamphlet yang berjudul A Classification and subject index for cataloging the books and phamflet of a library. Penerbitan pamphlet tersebut menandai terbitnya sistem Dewey Decimal Classification, lebih dikenal dengan singkatan DDC.
Kini DDC menginjak edisi ke 22 ( terbit pada 2003), merupakan bagan klasifikasi yang banyak dipakai di dunia. Di Indonesia, DDC menduduki peringkat pertama sebagai bagan kasifikasi yang paling banyak digunakan, menyusul kemudian Universal Decimal Classification atau yang sering disebut dengan UDC.
Edisi pertama terbit pada tahun 1876 setebal 44 halaman, diterbitkan dengan nama pengarang anonim,berisi kata pendahuluan, bagan untuk 10 kelas utama yang dibagi secara desimal menjadi 1000 kategori bernomor 000-999, serta indeks subyek menurut abjad.
Pembagian 10 kelas utama merupakan perbaikan dari sistem klasifikasi yang di kembangkan oleh W,T.Harris pada tahun 1870. Harris sendiri mendasarkan bagan klasifikasinya atas klasifikasi pengetahuan menurut ilmuwan francis bacon tetapi tata urutannya berbeda. Bacon membagi pengetahuan menjadi 3 kategori dasar yaitu sejarah,sastra [poesy],dan filsafat . ketiga kategori ini sesuai dengan pembagian pikiran manusia yaitu memori [ingatan] ,imaginasi ,dan nalar
Dalam bagan klasifikasi barunya, Dewey memperkenalkan dua ciri baru yaitu lokasi relatif dan indeks relatif. Sebelum dikembangkan DDC, buku perpustakaan di beri nomor sesuai dengan lokasi masing-masing di rak. Misalnya XV1-15 artinya buku di rak XV1dengan nomor urut 15. dengan kata lain penentuan buku di rak menggunakan lokasi tetap sehingga buku tidak dapat diubah-ubah letaknya. Halangan lokasi tetap ialah buku dalam subjek sama mungkin letaknya terpencar karena kedatangannya di perpustakaan tidak sama. Sistem Dewey memberi nomor buku menurut subjeknya. Dengan demikian buku disusun menurut subjeknya tanpa memperhatikan di mana buku tersebut diletakannya di rak. Bila buku baru datang maka buku tersebut dapat disisipkan di antara buku lama selama buku baru tersebut berkaitan subjeknya dengan buku lain Sistem penempatan semacam ini yang memungkinkan perubahan letak selama buku tetap berkaitan subjeknya disebut lokasi relatif. Lokasi ini memungkinkan interkalasi tanpa batas, buku dapat dipindah-pindahkan tanpa harus mengubah nomor panggil. Dalam indeks relatif, Dewey menyatukan dalam satu lokasi berbagai subjek yang berkaitan atau sebuah subjek dibahas dalam beberapa bidang studi.
C. Perkembangan DDC
1. Edisi Awal
Edisi pertama terbit pada tahun 1876, selang beberapa 9 tahun yaitu tepatnya tahun 1985 keluarlah edisi 2 dimana terjadi relokasi, artinya penggeseran sebuah subyek dari sebuah nomor ke nomor yang lain. Edisi ini merupakan basis pola notasi pada edisi selanjutnya. Dalam edisi tersebut, Dewey pertama kali menggunakakan prinsip integritas angka artinya nomor dalam bagan Dewey dianggap sudah mapan walaupun mungkin terjadi relokasi. Dewey menyadari bahwa gawatnya relokasi dari satu edisi ke edisi lainnya karena perubahan, lebih-lebih lagi relokasi mengakibatkan perlunya reklasifikasi, padahal reklasifikasi tidak disenangi oleh seorang pustakawan. Integritas angka atau stabilitas angka tetap dipertahankan pada edisi-edisi awal DDC, walaupun perubahan angka tertentu tidak dapat dihindari. Dewey mengawasi revisi bagannya hinnga edisi ke-13.
2. Edisi ke-15
Pada tahun 1942 diterbitkan edisi ke-14 yang mempertahankan kebijakan sebelumnya. Rinciannya semakin memperjelas namun terdapat sedikit perubahan dalam struktur dasar. Perluasan pun tidak seimbang karena masih banyak bidang yang belum dikembangkan. Pada edisi ke-15 diambil kebijakan yaitu rincian dibeberapa bidang dipangkas sehingga terdapat keseimbangan dalam subdivisi. Kalau pada edisi ke-14 terdapat sekitar 31.000 entri maka edisi 15 dipangkas menjadi 4700 entri. Juga disadari bahwa bagan DDC tidak sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya sains dan teknologi. Ini terjadi mungkin karena kebijakan integritas nomor. Pada edisi ke-15 diputuskan untuk relokasi sejumlah besar subyek. Indeks juga diperbaiki dan diringkas sedangkan ejaan yang disederhanakan yang digunakan pada edisi sebelumnya kini ditinggalkan.
Setelah terbitan edisi ke-15 pada tahun 1951 terbukti bahwa perubahan yang dilakukan dalam edisi ke-15 dianggap terlalu berat bagi pustakawan, banyak pustakawan yang tetap menggunakan edisi ke- 14.
3. Edisi ke- 16 hingga 18
Edisi 16 yang telah terbit pada tahun 1958 memulai tradisi baru dengan kebijakan siklus revisi tujuh tahunan artinya bagan Dewey akan keluar dalam edisi baru setiap 7 tahun. Pada edisi 16 diputuskan untuk kembali kepada kebijakan lama dalam mempertahankan enumerasi terinci sambil mengambil butir inovasi dari edisi 15 seperti ejaan baku, per-istilahan yang mutakhir, serta penyajian tipografi yang menarik. Pada edisi 17 tidak jauh berbeda dengan edisi-edisi sebelumnya, sementara dalam edisi 18 Towa P. Hamakonda memuat terjemahan ringkasan ketiga dalam bukunya Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey. Penerbitan buku ini merupakan salah satu usaha untuk mengisi kekurangan buku pegangan yang sederhana dan ditulis dalam bahasa Indonesia dibidang klasifikasi perpustakaan. Dengan pertimbangan diatas, buku ini berbeda dari buku aslinya dalam beberapa hal sebagai berikut :
· Nomor klas yang dicantumkan pada umumnya tidak lebih daripada satu angka di belakang titik desimal.
· Bagian pendahuluan dari edisi aslinya disusun kembali dengan sistematika yang agak berlainan.
· Beberapa bagian lain dari buku aslinya tidak dicantumkan dalam buku ini.
· Beberapa ciri khas dari buku aslinya seperti contered heading, inclusion notes, instruction notes tetap dipertahankan.
· Dibahas empat dari tujuh tabel pembantu yang terdapat dalam buku aslinya.
Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 159 tahun 1987 tentang pembakuan adaptasi dan perluasan Dewey Decimal Classification (DDC) seksi islam. Dengan adanya keputusan bersama tersebut, maka diterbitkan buku Daftar Tajuk Subjek Islam dan sistem klasifikasi Islam Adaptasi dan Perluasan DDC Seksi Islam penyunting Drs H. Muh. Khailani Eryono. Menurut peraturan Menteri/keputusan bersama dalam pasal 3 tujuan adaptasi dan perluasan DDC seksi islam, yaitu :
a) Untuk mengatasi kelemahan dibidang klasifikasi islam dalam rangka memasuki kebutuhan bangsa Indonesia yang mayoritas bragama islam.
b) Untuk menghilangkan bermacam-macam sistem klasifikasi islam yang digunakan oleh perpustakaan-perpustakaan di Indonesia.
4. Edisi ke-19
Pada edisi 19 ini tetap berpegang pada kebijakan edisi-edisi yang lalu. Editor DDC tetap mempertahnkan prinsip integritas nomor dalam batas-batas masih masuk akal. Dalam DDC edisi 19 versi Indonesia sebagai edisi adaptasi ini telah terjadi hal-hal sebagai berikut
· Telah diadakan koeksi secara menyeluruh terhadap salah cetak dan kesalahan susunan terutama dalam indeks relatif.
· Untuk lebih mudah dimengerti bagaimana menggunakan sistem klasifikasi ini, terutama pada bab pendahuluan dan khususnya lagi bagian ke-2
· Bagan dan notasi untuk agama islam telah mengalami perubahan total untuk menyesuaikan dengan hasil keputusan bersma Menteri Agama dan Menteri Pendidikan da Kebudayaan no. 159 tahun 1987 yang diterbitkan dengan judul ”Adaptasi Dan Perluasan Dewey Decial Classification (DDC) Seksi Islam”
· Selain kesalahan –kesalahan cetak dan susunan dalam indeks relatif, pada edisi yang lalu ada cukup banyak tajuk dari tabel dan bagan yang belum dalam indeks.
4. Edisi ke-20
Edisi 20 terbit pada tahun 1989 dengan beberapa perubahan. Warna edisi menjadi coklat muda dan dibagi menjadi 4 jilid karena edisi sebelumnya (terutama pada bagan klasifikasi) dianggap terlalu repot. Jilid 1 merupakan tabel subdivisi standar, jilid 2 bagan dari 000-500, jilid 3 bagan 600-900, dan jilid 4 merupakan indeks.
Walaupun tetap merupakan dalam tahap mempertahankan prinsip integritas nomor, dalam edisi ini, prinsip tersebut sedikit dilanggar. Terjadi relokasi, misalnya komputer kini menepati 001, yang semula merupakan bagan dari elektronika.
5. Edisi ke-21 dan ke-22
DDC terus disempurnakan dengan memasukkan subjek-subjek yang belum tercakup selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan dalam edisi 21 yang diterbitkan pada 1996, manual DDC mencapai tebal lebih dari 4.000 halaman. DDC memungkinkan penambahan subjek baru karena DDC menggunakan system decimal. Dengan system ini, DDC dapat mengakomodaskan perkembangan pengetahuan sejak masa Dewey hingga saat ini.
Saat ini telah terbit edisi 22 tahun 2003 terdiri atas 4 jilid : Introduction, Schedule 000-599, Schedule 600-999 dan Index Relatif, setebal lebih dari 3.000 halaman.
D. Keunggulan dan Kelemahan Klasifikasi DDC
DDC telah mampu bertahan lebih dari satu abad sejak edisi pertama sampai saat ini. Terlepas dari kelemahan DDC, system klasifikasi ini dinilai lebih baik, antara lain disamping sistematik, universal fleksibel, lengkap dan siap pakai (enumerated). System klasifikasi DDC mempunyai beberaa keunggulan dan kelemahan, berikut ini keunggulan dan kelemahan DDC sebagai system klasifikasi untuk perpustakaan :
1. Keunggulan
· DDC merupakan sitem yang praktis. DDC merupakan bagan klasifikasi yang paling banyak digunakan di dunia, termasuk Indonesia.
· DDC menggunakan lokasi relative untuk pertama kalinya.
· Indek relatif menyatukan subjek yang sama dengan aspek yang berlainan yang tersebar berbagai disiplin ilmu.
· Notasi murni dengan menggunakan angka arab dikenal secara universal. Pustakawan dengan latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda dengan mudah dapat menyesuaikan system tersebut.
· Urutan numeric kasat mata memudahkan penjajaran dan penempatan buku di rak.
2. Kelemahan
· Klasifikasi DDC terlalu berorietasi pada sifat anglo-saxon serta kristiani.
· Penempatan beberapa subjek tertentu dipermasalahkan, misalnya ilmu perpustakaan pada kelas karya umum (000-an).
· Disiplin ilmu yang berkaitan acapk kali terpencar misalnya 300 ilmu-ilmu social terpisah dari 900 geografi dan sejarah. Pada bidang lain, kelas 400 bahasa terpisah dari 800 sastra.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan.
Sebelum Dewey menemukan sistemnya, sudah ada beberapa sistem pengklasifikasian buku. Misalnya, Charles A. Cutter membuat sistem klasifikasi berdasarkan topik, dan Nathaniel Shurtleff melakukan penomoran menggunakan sistem decimal.
DDC dibuat oleh Melvil Dewey pada tahun 1876 berrdasarkan kajiannya terhadap puluhan buku, pamphlet dan kunjungannya ke berbagai perpustakaan. dan sejak saat itu telah banyak dimodifikasi dan dikembangkan dalam duapuluh dua kali revisi yang telah terjadi hingga tahun 2004.
Edisi pertama terbit pada tahun 1876 setebal 44 halaman, diterbitkan dengan nama pengarang anonim,berisi kata pendahuluan, bagan untuk 10 kelas utama yang dibagi secara desimal menjadi 1000 kategori bernomor 000-999, serta indeks subyek menurut abjad.
Kini DDC menginjak edisi ke 22 ( terbit pada 2003), terdiri atas 4 jilid : Introduction, Schedule 000-599, Schedule 600-999 dan Index Relatif, setebal lebih dari 3.000 halaman.
DDC merupakan bagan klasifikasi yang banyak dipakai di dunia. Di Indonesia, DDC menduduki peringkat pertama sebagai bagan kasifikasi yang paling banyak digunakan, menyusul kemudian Universal Decimal Classification atau yang sering disebut dengan UDC.
DAFTAR PUSTAKA
Eryono, Muhammad Khailani. Dafatr Tajuk Subjek Islam dan Sistem Klasifikasi Islam : Adaptasi dan Perluasan DDC Seksi Islam. Jakarta : Puslitbang Lektur Agama Badan Litbang Agama DEPAG, 1999.
Hamakonda, Towa. P. Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey. Jakarta : BPK. Gunung Mulia, 2007.
Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Umum, 1991.
Sumber : http://sadisman-edisman.blogspot.com/2009/06/sejarah-ddc_9148.html |